Materi ini Deva buat sewaktu di kasih tugas sama dosen mata kuliah "Manajemen & Teknik Keandalan."
Weelll... dari pada berpanjang lebar, mending langsung saja. cekidot !
1.
RCM (Reliability Centered Maintenance)
a.
Pengertian Reliability Centered Maintenance (RCM)
Maintenance berasal dari kata ”to maintain” yang memiliki arti
”merawat”. Dan memiliki padanan kata yaitu ”to repair” yang berarti memperbaiki. Sehingga maintenance (perawatan) adalah sebuah
perlakuan merawat atau memperbaiki suatu komponen agar dapat kembali digunakan
dan berumur panjang.
Reliability Centered Maintenance (RCM)
merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan apa yang harus dilakukan
untuk menjamin agar suatu asset fisik dapat berlangsung terus memenuhi fungsi
yang diharapkan dalam konteks operasinya saat ini atau suatu pendekatan
pemeliharaan yang mengkombinasikan praktek dan strategi dari preventive maintenance (pm) dan corective maintenance (cm) untuk
memaksimalkan umur (life time) dan
fungsi asset/sistem /equipment dengan
biaya minimal (minimum cost).
b.
Ruang
Lingkup RCM
Ada empat komponen
besar dalam reliability centered
maintenance (RCM) dijelaskan pada gambar dibawah ini , yaitu reactive maintenance, preventive
maintenance, predictive testing and inspection, dan proactive maintenance. Untuk lebih jelasnya
dirangkum ke dalam bagan seperti di bawah ini :
a. Preventive
maintenance (PM)
Preventive maintenance (PM) merupakan bagian terpenting dalam aktifitas perawatan. Preventive
maintenance dapat diartikan sebagai sebuah tindakan perawatan untuk menjaga
sistem/sub-assembly agar tetap beroperasi sesuai dengan fungsinya dengan
cara mempersiapkan inspeksi secara sistematik, deteksi dan koreksi pada
kerusakan yang kecil untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar.
Beberapa tujuan utama dari preventive maintenance adalah untuk
meningkatkan umur produktif komponen, mengurangi terjadinya breakdown pada
komponen kritis, untuk mendapatkan perancanaan dan penjadwalan perawatan yang
dibutuhkan.
Untuk mengembangkan program preventive maintenance yang
efektif, diperlukan beberapa hal yang diantaranya adalah historical records dari
perawatan sepeda motor, rekomendasi manufaktur, petunjuk service(service
manual), identifikasi dari semua komponen, peralatan pengujian dan alat
bantu, informasi kerusakan berdasarkan permasalah, penyebab atau tindakan yang
diambil.
b.
Reactive Maintenance
Reactive
Maintenance Jenis perawatan ini juga dikenal sebagai breakdown,
membenarkan apabila terjadi kerusakan, run-to-failure atau repair
maintenance. Ketika menggunakan pendekatan perawatan, equipment repair,
maintenance, atau replacement hanya pada saat item menghasilkan
kegagalan fungsi. Pada jenis perawatan ini diasumsikan sama dengan kesempatan
terjadinya kegagalan pada berbagai part, komponen atau sistem. Ketika reactive
maintenance jarang diterapkan, tingkat pergantian part yang tinggi,
usaha maintenance yang jarang dilakukan, tingginya persentase aktifitas
perawatan yang tidak direncanakan adalah sudah biasa. Untuk lebih jauh, program
reactive maintenance kelihatannya mempunyai pengaruh terhadap item
survivability. Reactive maintenance dapat dilatih dengan efektif hanya jika
dilakukan sebagai sebuah keputusan yang sangat penting, berdasarkan dari
kesimpulan analisa RCM bahwa resiko perbandingan biaya kerusakan dengan biaya
perawatan dibutuhkan untuk mengurangi biaya kerusakan.
c. Tes
Prediksi dan Inpeksi (Predictive Testing dan Inspection/PTI)
Walaupun banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan
jadwal PM, namun tidak ada yang valid sebelum didapatkan age-reliability
characteristic dari sebuah komponen. Biasanya informasi ini tidak
disediakan oleh produsen sehingga kita harus memprediksi jadwal perbaikan pada
awalnya. PTI dapat digunakan untuk membuat jadwal dari time based
maintenance, karena hasilnya digaransi oleh kondisi equipment yang
termonitor. Data PTI yang diambil secara periodik dapat digunakan untuk menentukan
trend kondisi equipment, perbandingan data antar equipment,
proses analisis statistik, dsb. PTI tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya
metode maintenance, karena PTI tidak dapat mengatasi semua potensi
kegagalan. Namun pengalaman menunjukkan bahwa PTI sangat berguna untuk
menentukan kondisi suatu komponen terhadap umurnya.
d. Proactive
Maintenance
Proactive
Maintenance Jenis perawatan ini membantu meningkatkan perawatan
melalui tindakan seperti desain yang lebih baik, workmanship,
pemasangan, penjadwalan, dan prosedur perawatan. Karakteristik dari proactive
maintenance termasuk menerapkan sebuah proses pengembangan yang
berkelanjutan, menggunakan feedback dan komunikasi untuk memastikan
bahwa perubahan desain/prosedur yang dibuat desainer/management tersebut adalah
efektif, memastikan bahwa tidak berpengaruh perawatan yang terjadi dalam
isolasi keseluruhan, dengan tujuan akhir mengoptimalisasikan dan menggabungkan
metode perawatan dengan teknologi pada masing – masing aplikasi. Hal tersebut
termasuk dalam melaksanakan root-cause failure analysis dan predictive
analysis untuk meningkatkan efektifitas perawatan, mempengaruhi evaluasi
secara periodik dari kandungan teknis dan performa jarak yang terjadi antara
maintenance task yang satu dengan yang lain, meningkatkan fungsi dengan
mendukung perawatan dalam perencanaan program perawatan, dan menggunakan
tampilan dari perawatan berdasarkan life-cycle dan fungsi – fungsi yang
mendukung.
2.
Perbedaan
antara Preventive maintenance dan corrective
Preventive
Maintenance (Pemeliharaan
untuk Pencegahan) merupakan suatu sistem perawatan yang terjadwal dari
suatu peralatan/komponen yang didesain untuk meningkatkan keandalan suatu mesin
serta untuk mengantisipasi segala kegiatan perawatan yang tidak direncanakan
sebelumnya
Corrective Maintenance merupakan
kegiatan perawatan yang tidak terjadwal yaitu dilakukan setelah sebuah komponen
mengalami kerusakan, artinya Corrective Maintenance merupakan kegiatan
perawatan yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan/kerusakan yang ditemukan
selama masa waktu Preventive Maintenance.
3.
Penjelasan Tentang 7 Pertanyaan Pada RCM
Sebuah proses disebut sebagai proses RCM Jika memenuhi tujuh
pertanyaan dasar dan prosesnya berlangsung sesuai dengan urutan pertanyaan
tersebut. Tujuh pertanyaan dasar yang harus diajukan agar implementasi dari RCM
dapat berlangsung secara efektif, yaitu :
1. Fungsi
Apakah
fungsi dan hubungan performansi standar dari item dalam konteks pada saat ini (system
function)?
Sebelum
memungkinkan untuk menentukan apa yang harus dilakukan untuk menyakinkan bahwa
beberapa asset fisik bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna dalam
operasi actual, maka harus :
a.
Ditemukan apa yang pengguna ingin lakukan
b.
Menyakinkan bahwa ini dapat ilakukan dimana penggunanya
akan mengoperasikannya.
Ini
yang menjadi alasan langkah pertama dalam proses RCM adalah mendefinisikan
fungsi dari setiap asset disertai dengan kinerja standar yang diharapkan. Apa
yang pengguna ekspektasikan dalam melakukan penggunaan dikategorikan dalam tiga
funsi yaitu :
a. Fungsi
primer. Merupakan fungsi utama, seperti : output, kecepatan, kapasitas,
kualitas produk, atau pelanggan.
b. Fungsi
standar. Dimana diharapkan bahwa setiap asset dapat melakukan lebih dari fungsi
primer, seperti : keselamatan, baik bagi lingkungan, pengendalian, intregitas
struktur, ekonomi, proteksi atau efisiensi operasi.
c. Para
pengguna dari asset fisik biasanya dalam posisi terbaik dengan mengetahui
secara pasti apa kontribusi setiap asset secara fisik dan keuangan dalam
organisasi.
2. Kegagalan
Fungsional
Bagaimana
item/peralatan tersebut rusak dalam menjalankan fungsinya (functional
failure)?
Fungsi
system didefinisikan sebagai fungsi dari item yang diharapkan oleh user tetapi
masih berada dalam level kemampuan dari item tersebut sejak saat dibuat. System
maintence hanya mampu menjaga kondisi item tetap berada dibawah initial
capability dari desain item. Failure fungsi didefinisikan sebagai kegagalan
dari suatu system untuk melaksanakan system function.
3. Failure
Mode (Penyebab Kegagalan)
Apa
yang menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi tersebut (failure mode)?
Setelah setiap functional
failure teridentifikasi, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi failure
mode yang menyebabkan loss of function. Failure mode
merupakan suatu keadaan yang dapat menyebabkan functional failure. Dalam
suatu item bisa terdapat puluhan failure mode. Failure mode
tersebut tidak hanya mencakup kegagalan- kegagalan yang telah terjadi, akan
tetapi mencakup juga semua kegagalan yang mungkin terjadi.
4. Efek
Kegagalan
Apakah
yang terjadi pada saat terjadi kerusakan (failure effect)?
5. Konsekuensi
Kegagalan
Bagaimana
masing – masing kerusakan tersebut terjadi (failure consequence)?
RCM mengklasifikasikan failure
consequences ke dalam empat kategori yaitu :
1.
Hidden
failure consequences
Kegagalan yang terjadi tidak
dapat diketahui oleh operator. Hidden failure tidak memberikan pengaruh
secara langsung, tapi lama kelamaan dapat menyebabkan failure yang lebih
fatal.
2.
Safety
and environmental consequences
Konsekuensi ini apabila failure
dapat melukai atau atau mengancam jiwa seseorang.
3.
Operational
consequences
Suatu failure
berdampak operasional jika memengaruhi produksi (output, kualitas
produk, customer service atau biaya operasi di samping biaya perbaikan
secara langsung).
4.
Non-Operational
consequences
Failure tidak menyebabkan pengaruh
tehadap safety maupun produksi, jadi hanya memiliki direct cost of
repair.
6. Pemilihan
Kegiatan Preventive & Interval Pelaksanaan
Apakah
yang dapat dilakukan untuk memprediksi atau mencegah masing – masing kegagalan
tersebut (proactive task and task interval)?
Dalam
SCM Tindakan preventive yang digunakan dikelompokan menjadi tiga kategori besar
yaitu :
1. Scheduled
On-Condition
Merupakan
kegiatan perawatan yang dilakukan dengan mengamati/mengukur performansi/kondisi
komponen pada saat mesin sedang beroperasi, bilamana terdapat tanda-tanda
kerusakan pada komponen. Sehingga dengan demikian, dapat dilakukan tindakan
untuk mncegah terjadinya kegagalan fungsional atau unuk mencegah konsekuensi
yang lebih besar dari pada kegagalan tersebut.
2. Scheduled
restoration
Merupakan
kegiatan perawatan dengan memperbaiki komponen pada jadwal tertentu sebelum
batas usia tertentu, tanpa memperhatikan kondisi komponen pada saat itu.
Sehingga untuk pelaksanaan kegiatan ini, mesin harus dihentikan.
3. Scheduled
Discard
Merupakan
kegiatan penggantian komponen pada saat komponen mencapai usia tertentu, tanpa
memperhatikan kondisi komponen pada saat itu.
7. Tindakan
Default
Apakah
yang harus dilakukan apabila kegiatan proaktif yang sesuai tidak berhasil
ditemukan?
Tindakan
ini dilakukan ketika sudah berada dalam failed state, dan dipilih ketika
tindakan proactive task yang efektif tidak mungkin dilakukan. Default
Action meliputi :
a. Schedulled
failure finding, meliputi tindakan pemeriksaan secara periodic terhadap
fungsi – fungsi yang tersembunyi untuk mengetahui apakah item tersebut telah
rusak
b. Re-design,
membuat suatu perubahan untuk membangun kembali kemampuan suatu item. Hal ini
mencakup modifikasi terhadap perangkat keras dan juga perubahan prosedur
c. Run
to failure, membiarkan item beroperasi sampai terjadi failure karena secara
financial tindakan pencegahan yang dilakukan tidak menguntungkan
Reliability
Centered Maintenace (RCM) lebih menitikberatkan pada
penggunaan analisa kualitatif untuk komponen yang dapat menyebabkan kegagalan
pada suatu system. Ketujuh pertanyaan diatas dituangkan dalam bentuk Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
dan RCM II Decision Diagram yang
tergabung dalam RCM Worksheet.
4.
Penjelasan
Tentang
a.
Physical asset
Physical asset atau
asset fisik adalah menyangkut seluruh fasilitas yang ada di dalam lingkup
pabrik baik itu bangunan maupun peralatan mesin-mesin produksi.
b.
Konteks
Operasi
Konteks Operasi dalam RCM adalah Sistem Kerja dari suatu
asset fisik dalam melakukan proses operasi produksi, dimana tujuanya untuk memperpanjang
usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan, dan
isinya), menjamin ketersediaan optimun peralatan yang dipasang untuk produksi/
jasa dan mendapatkan laba investasi semaksimun mungkin, menjamin kesiapan
operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam kegiatan darurat
setiap waktu (misalnya: unit cadangan, unit pemadaman kebakaran dan penyelamat,
dan sebagiannya), dan menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana
tersebut.
c.
Kegagalan Fungsi
Kegagalan Fungsi
Merupakan Failure fungsi didefinisikan sebagai kegagalan dari suatu system
untuk melaksanakan system function atau dapat diartikan sebagai ketidak mampuan
suatu peralatan untuk melakukan apa yang diharapkan oleh operator/pengguna.
5.
failure
consequences (Konsekuensi
kegagalan)
RCM mengklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu :
1. Hidden failure consequences
Kegagalan yang terjadi tidak dapat
diketahui oleh operator. Hidden failure tidak memberikan pengaruh secara
langsung, tapi lama kelamaan dapat menyebabkan failure yang lebih fatal.
2.
Safety and environmental consequences
Konsekuensi ini apabila failure
dapat melukai atau atau mengancam jiwa seseorang.
3.
Operational
consequences
Suatu
failure berdampak operasional jika memengaruhi produksi (output,
kualitas produk, customer service atau biaya operasi di samping biaya
perbaikan secara langsung).
4. Non-Operational
consequences
Failure tidak menyebabkan pengaruh tehadap safety
maupun produksi, jadi hanya memiliki direct cost of repair.
6. Failure Mode
Setelah
setiap functional failure teridentifikasi, langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi failure mode yang menyebabkan loss of function. Failure
mode merupakan suatu keadaan yang dapat menyebabkan functional failure.
Dalam suatu item bisa terdapat puluhan failure mode. Failure mode
tersebut tidak hanya mencakup kegagalan- kegagalan yang telah terjadi, akan
tetapi mencakup juga semua kegagalan yang mungkin terjadi.
7.
Initial Capability dan Desired Performance
Initial
capability adalah kemampaun awal yang di inginkan sedangkan desired performance
adalah kinerja yang di inginkan, keduanya merupakan item yang penting dalam
perawatan(Maintenance) dimana maintenance merupakan suatu aktifitas yang
dilakukan agar peralatan atau item dapat dijalankan sesuai dengan standart
performansi semula. Atau juga didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu hasil yang dapat mengembalikan atau
mempertahankan item pada kondisi yang selalu berfungsi. Tujuan dari perawatan
adalah memperpanjang umur pakai peralatan, menjamin tingkat ketersediaan yang
optimal dari fasilitas produksi, menjamin kesiapan operasional seluruh
fasilitas untuk pemakaian darurat serta menjamin keselamatan operator dan pemakai
fasilitas.
8. Kurva
P-F
Pemikiran utama dari RCM adalah semua
mesin yang digunakan memiliki batas umur, dan jumlah kegagalan yang umumnya
terjadi mengikuti “kurva bak mandi (bath-up curve)” seperti terlihat
dari Gambar berikut :
Gambar : Hubungan antara Jumlah Kegagalan mesin dan waktu pengoperasian
Dari kurva dapat dijelaskan bahwa masa awal dari suatu
komponen atau sistem ditandai dengan tingginya kegagalan yang berangsur-angsur
turun seiring dengan bertambahnya waktu. Untuk masa berguna laju kegagalan
komponen atau system cenderung konstan dan untuk masa aus ditandai dengan laju
kegagalan yang cenderung naik seiring dengan bertambahnya waktu.
A.
Schedulled
Discard Task
Adalah
tindakan mengganti item pada saat/sebelum batas umur yang ditetapkan, tanpa
memperhatikan kondisi item pada saat itu. Tindakan ini secara teknik mungkin
dilakukan dalam kondisi berikut :
a.Dapat diidentifikasikan umur dimana item tersebut
menunjukkan kemungkinan penambahan kecepatan terjadinya kegagalan.
b.Mayoritas dari item dapat bertahan pada umur tersebut
(untuk semua item jika kegagalan memiliki konsekuensi terhadap keselamatan
lingkungan).
B.
Schedulled
On-Condition Task
Adalah
kegiatan pemeriksaan terhadap potensial failure sehingga tindakan dapat diambil
untuk mencegah terjadinya functional failure. Dimana potensial failure
diidentifikasikan dengan sebuah kondisi yang dapat mengindikasikan sedang
terjadi kegagalan atau proses kegagalan fungsi (functional failure).
Dalam teknik on-condition terdapat 4 kategori utama, yaitu :
a. Conditioning monitoring techniques, yang melibatkan
penggunaan peralatan khusus untuk melakukan monitoring terhadap kondisi
peralatan.
b. Statistical
process control, yaitu teknik pencegahan yang didasarkan atas variasi
kualitas produk yang dihasilkan.
c. Primary effect
monitoring techniques, yang melibatkan peralatan seperti gauge yang ada dan
peralatan untuk inspeksi monitoring.
d. Teknik inspeksi
berdasarkan human sense dan predictive.
mantap
ReplyDeleteAssalamualaikum ka. Ka boleh tau ini referensi nya dr buku atas penulis siapa? Dan judul nya apa? Soalnya saya sdg mencari buku tentang RCM untuk referensi skripsi. Terima kasih
ReplyDeleteapaka suda jadi skripsinya?
DeleteTerima kasih pencerahannya sobat
ReplyDeleteAsalamualaikum ka maap saya mau tanya itu buku referensinya judulnya apa dan penulisnya siapa buat skripsi rcm terimakasih
ReplyDeleteMaaf ka ini ada referensi buku gak ya buat di pelajari, sama app nya make apa ya makasih
ReplyDeleteTerimakasih semoga bermanfaat sobat good
ReplyDelete